...sugeng rawuh/welcome/selamat datang...

masuki duniaku untuk sedikit melihat dan membaca pikiran, opini, ide, dan imajinasiku lewat kata-kata sederhana

Jumat, 15 Mei 2009

Bromo, the unforgetable sight

Memang harus datang sendiri untuk melihat kedasyhatan karya sang pencipta. Bila hanya melihat dari tayangan media dan mulut orang lain, tak akan bermakna apa-apa.
Akhir tahun 2008, saat libur panjang yang membuat kami berkumpul di rumah yogya, kami menyusuri ratusan kilometer dari yogya menuju lumajang, sebuah kabupaten di jawa timur dimana gunung legendaris ini berada. Dengan dua kendaraan yang dipenuhi keluarga (ga penuh-penuh amat sih, pas lah dengan daya angkut), pagi hari kami memulai perjalanan ini. Malam sudah pekat ketika kami tiba, dingin membeku menyambut kami saat membuka pintu mobil. Bbrrr... Benar-benar dingin.....
Belum lagi kami puas beristirahat dibalik selimut tebal nan kumal (tak tahulah sudah berapa lama ga dicuci bersih), jam empat dini hari pintu sudah digedor oleh pemilik penginapan, membangunkan kami karena kami harus bergegas bila tidak ingin kehilangan sunrise. Dengan tubuh menggigil, kami putuskan untuk tidak mandi dulu. Bisa mati hypotermia nanti.
Toyota Hardtop meraung-raung mendaki tajamnya tanjakan. Sekarang baru kami tahu kenapa semua kendaraan yang dipakai adalah Hardtop. Karena mobil biasa takkan mampu mengalahkan sudut elevasi yang ekstrim ini.
Tadinya kami kira sangat sedikit orang yang datang ketempat ini, karena semalam tidak banyak wisatawan yang kami jumpai di sepanjang jalan. Ternyata kami salah, karena di puncak bukit tempat pos pengamatan yang dijadikan pusat untuk menyaksikan sunrise, sudah banyak sekali pengunjung yang datang lebih dahulu untuk mengambil posisi terbaik.
Hanya saja kami kurang beruntung saat itu. Awan yang cukup tebal menghalangi pandangan saat sang mentari terbit di ufuk. Ya sudahlah, setidaknya kami sudah sampai disini. Dan ketika hari sudah semaikn terang, berbondong-bondong kami turun untuk menuju destinasi utama kami, gunung Bromo.
Tiba di plaza bawah, serombongan kuda sudah menyambut kami untuk mengantar naik keatas. Tentu saja tidak gratis, memangnya kuda cuma makan angin? Saya memilih jalan sampai ke puncak, free of charges, meskipun belakangan keputusan tersebut saya sesali. Capek coy, mana tangga mendakinya curam banget. Beneran, belum sampai setengah tangga napas saya sudah mau putus. Hanya karena tekad saja akhirnya saya bisa sampai keatas dengan kondisi sekarat....
Apa yang saya lihat? ..hmmm, ...keren.. bagus banget... unforgetable sight. Susah untuk dituliskan dan digambarkan dengan kata-kata karena kapasitas penulisan saya tidak sekelas Pramudya Ananta Toer. Benar-benar indah. Kami serasa berada di puncak dunia (hiperbola banget deh...), melihat di sekeliling kami jauh ada dibawah sana.
Gunung Bromo dikelilingi gunung-gunung lainnya seperti gunung Batok dan gunung Semeru, yang terus mengeluarkan kepulan asap menjulang tinggi. Dari sini kelihatan dekat, padahal jelas-jelas jauh.
Sesekali bau belerang yang keluar dari kawah yang terus mengepulkan asap menusuk hidung hingga harus ditutup dengan kain. Bibir kawah dipagari mencegah agar orang tidak turun kebawah, meskipun ada yang nekad. Entah bagaimana caranya, yang jelas kami melihat ada susunan batu-batu yang membentuk tulisan sebuah perkumpulan pecinta alam. Sudah pasti buatan orang kan?
Saat itu sekitar jam tujuh, dingin masih mengigit. Sweater yang saya pakai seakan tak berarti apa-apa melawan hawa, pun dengan sarung tangan dan topi ala pendaki gunung.
Enggan sekali rasanya turun kebawah, mengingat belum hilang rasa capek kami dan belum mau kehilangan momen luar biasa ini.
Bromo, well, salah satu tempat yang harus dikunjungi sebelum menutup mata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar